Publikasi
Online adalah suatu informasi atau pesan atau pengumuman dalam bentuk online
atau diterbitkan atau diumumkan di dunia internet melalui media elektronik yang
terdiri dari apa saja yang dapat terhubung atau menggunakan internet untuk alat
mencari atau bertukar informasi, banyak yang dapat dilakukan dalam publikasi
online. Dengan publikasi online, semua itu sangat bermanfaat dan lebih mengirit
biaya karena biayanya relatif murah dan lumayan bagus karena tidak hanya
masyarakat dalam negeri saja, bahkan seluruh dunia pun bisa tau saat kita sudah
memasang publikasi online ini.
Etika
penelitian internet adalah seperangkat asas atau nilai yang berkenaan dengan
penggunaan komputer. Etika berasal dari 2 suku kata yaitu etika (bahasa Yunani:
ethos) adalah adat istiadat atau
kebiasaan yang baik dalam individu, kelompok, maupun masyarakat dan komputer
(bahasa Inggris: to compute)
merupakan alat yang digunakan untuk menghitung dan mengolah data. Jumlah
interaksi manusia dengan komputer yang terus meningkat dari waktu ke waktu
membuat etika komputer menjadi suatu peraturan dasar yang harus dipahami oleh
masyarakat luas.
Etika
penelitian dengan bantuan internet berkaitan dengan “benar” atau “salah” dalam
melakukan penelitian. Seorang peneliti dalam hal ini perlu memperhitungkan
apakah penelitiannya layak atau tak layak.
Adanya
peraturan yang harus dilakukan dalam etika penelitian dalam internet, di
antaranya adalah:
1. Menghormati
martabat subjek penelitian
Penelitian yang dilakukan harus
menjunjung tinggi martabat seseorang (subjek penelitian). Dalam melakukan
penelitian, hak asasi subjek juga harus dihargai.
2. Asas
kemanfaatan.
Penelitian yang dilakukan harus
mempertimbangkan manfaat dan resiko yang mungkin terjadi. Penelitian boleh
dilakukan apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko/dampak
negatif yang akan terjadi. Selain itu, penelitian yang dilakukan tidak boleh
membahayakan dan harus menjaga kesejahteraan manusia.
3. Berkeadilan
Dalam melakukan penelitian, setiap orang
diberlakukan sama berdasarkan moral, martabat, dan hak asasi manusia. Hak dan
kewajiban peneliti maupun subjek juga harus seimbang.
4. Informed
consent
Informed consent merupakan pernyataan
kesediaan dari subjek penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam
penelitian. Aspek utama informed consent yaitu informasi, komprehensif, dan
volunterness. Dalam informed consent harus ada penjelasan tentang penelitian
yang akan dilakukan. Baik mengenai tujuan penelitian, tatacara penelitian yang
akan dilakukan, manfaat yang akan diperoleh, kemungkinan resiko yang akan
terjadi, dan adanya pilihan bahwa subjek penelitian dapat menarik diri kapan
saja.
Dan dalam penelitian
yang dilakukan harus menghargai kebebasan individual untuk bertindak sebagai
responden atau subjek penelitian dalam melakukan survey di internet. Responden
juga harus dijamin dan dilindungi karena pengambilan data dalam penelitian akan
menyinggung ke arah hak asasi manusia. Meskipun suatu penelitin sangat bermanfaat,
namun apanila melanggar etika penelitian, makan penelitian tersebut tidak boleh
dilaksanakan.
C.
Berbagai hasil penelitian dan teknik
penelitian online
1) Komputer
dan Internet Mengubah Ingatan Manusia
Peneliti di majalah
Science memiliki kesimpulan bahwa komputer dan internet dapat mengubah sifat
ingatan manusia. Penelitian psikologi menunjukkan jika seseorang diajukan
pertayaan-pertanyaan sulit, maka orang tersebut akan memikirkan komputer.
Ketika orang tersebut
mengetahui bahwa berbagai fakta nantinya akan didapatkan lewat komputer, maka
ingatan orang tersebut menjadi tidak begitu baik karena mengandalkan jawaban
dari sumber lain, yaitu komputer.
Para penelii menguji peserta penelitian
“langsung” memikirkan komputer dan internet begitu diajukan pertanyaan sulit.
Tim peneliti menggunakan tes Stroop yang dimodifikasi.
Tes Stroop standar
mengukur berapa lama waktu yang diperlukan partisipan untuk membaca sebuah kata
warna sementara kata tersebut berbeda warna, misalnya kata “hijau” tapi ditulis
dengan warna biru. Waktu reaksi meningkat ketika bukannya kata warna, para
partisipan ditanyakan untuk membaca kata-kata tentang topik yang kemungkinan
sudah ada dalam pikiran. Dengan cara ini, tim peneliti menunjukkan bahwa
setelah diberikan topik dengan jawaban ya/tidak, waktu reaksi terhadap istilah
yang terkait dengan internet sangat lebih lama. Ini adalah sebuah isyarat
partisipan tidak mengetahui jawaban, dan mereka sudah mempertimbangkan untuk
menjawab dengan menggunakan komputer.
2) Efek
Psikologis Facebook bagi Kesehatan Mental
Beberapa waktu lalu
muncul laporan mengenai tanda-tanda orang yang kecanduan facebook atau situs
jejaring sosial lainnya, misalnya seorang remaja mengubah status facebook lebih
dari dua kali sehari dan rajin mengomentari perubahan status temannya. Dia juga
rajin membaca profil teman lebih dari dua kali sehari meski ia tidak
mengirimkan pesan atau men-tag dirinya di fotonya.
Laporan terbaru dari
The Daily Mail menyebutkan, kecanduan situs jejaring sosial seperti Facebook,
MySpace, dan lain-lain dapat membahayakan kesehatan karena memicu orang untuk
mengisolasikan diri. Meningkatnya pengisolasian diri dapat mengubah cara kerja
gen, membingungkan respons kekebalan, level hormon, fungsi urat nadi, dan
merusak performa mental. Hal ini memang bertolak belakang dengan tujuan
dibentuknya situs-situs jejaring sosial, di mana pengguna diiming-imingi untuk
dapat menemukan teman-teman lama atau berkomentar mengenai apa yang sedang
terjadi pada rekan-rekan nya saat ini.
Suatu hubungan mulai
menjadi kering ketika para individunya tidak lagi menghadiri sosial gathering,
menghindari pertemuan dengan teman-teman atau keluarga, dan lebih memilih
berlama-lama menatap komputer, ponsel, ataupun gadget lainnya. Ketika akhirnya
berinteraksi dengan rekan-rekan, mereka menjadi gelisah karena “berpisah” dari
komputernya.
Si pengguna akhirnya
tertarik ke dalam dunia artifisial. Seseorang yang teman-teman utamanya adalah
orang asing yang baru ditemui di Facebook atau Friendster akan menemui
kesulitan dalam berkomunkasi secara face to face. Perilaku ini dapat
meningkatkan risiko kesehatan yang serius, seperti kanker, stroke, penyakit
jantung, dan dementia (kepikunan), demikian menurut Dr Aric Sigman dalam The
Biologist, jurnal yang dirilis oleh The Institute of Biology.
Media elektronik juga
dapat menghancurkan secara perlahan-lahan kemampuan anak-anak dan kalangan
dewasa muda untuk mempelajari kemampuan sosial dan membaca bahasa tubuh.
Dr Sigman
mengkhawatirkan arah dari masalah ini “Situs jejaring sosial seharusnya dapat
menjadi bumbu dari kehidupan sosial kita, namun yang kami temukan sangat
berbeda. Kenyataannya situs-situs tersebut tidak menjadi alat yang dapat
meningkatkan kualitas hidup, melainkan alat yang membuat kita salah arah”,
katanya.
Namun apabila aktivitas
Facebook masih sekedar sign in, mengonfirmasi friend request, lalu sign out,
tidak perlu khawatir akan terkena risiko kanker, stroke, dan pikun.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar