Berkembangnya situs jejaring sosial tak hanya membantu seseorang bertemu kembali dengan teman-teman lama dan keluarga. Jejaring sosial juga bisa membantu seseorang memiliki teman-teman baru bahkan membentuk komunitas yang memiliki hobi sama. Beragam komunitas kemudian mulai terbentuk dari jejaring sosial, kebanyakan bahkan tanpa disengaja.
Karena memiliki hobi yang sama itulah, komunitas pun berkembang tanpa terduga. Hal ini pula yang dirasakan komunitas Fiksimini. Setahun berjalan, komunitas ini telah memiliki follower Twitter sebanyak 77 ribu-an dengan anggota aktif sebanyak 400 orang di seluruh Indonesia. Komunitas ini membuktikan, 140 karakter tidak membatasi kreatifitas dalam berkarya. Terlahir dari Twitter, komunitas ini berkembang menjadi komunitas yang nyata dalam menumbuhkan semangat membaca, menulis, mencintai budaya dan Bahasa Indonesia dalam suasana penuh keakraban dan persaudaraan.
Berawal dari tweet-tweet dengan hastag #Fiksimini di twitter, Fiksimini mulai menjadi buah bibir saat dimuat di kolom Budaya dan Sastra Harian Kompas pada 11 April 2010 dengan Judul Mengunyah Fiksimini Sepanjang Hari. Tiga orang penulis kemudian menggagas untuk membuat akun resmi Fiksimini pada 18 April 2010. Tiga orang penulis terkemuka yang kemudian menjadi moderator akun twitter @fiksimini tersebut di antaranya Agus Noor, Clara Ng, dan Eka Kurniawan.
Fiksimini kemudian dibesarkan oleh sederetan nama lain dari berbagai profesi seperti : Salman Aristo (@salmanaristo - penulis skenario), Ratih Kumala (@ratihkumala - penulis), Aan Mansyur (@aanmansyur - penyair), Erdian Aji (@erdiAN_aJI -penyanyi, mantan vokalis Band Drive), Andy Tantono (@AndyTantono - pengusaha), Novita Poerwanto (@LVCBV - banker), Kika Dhersy Putri (@theonlykika - konsultan PR).
Sejak akun resmi Fiksmini dibuat, para penulis mulai aktif mengirimkan karya Fiksimini mereka yang kemudian akan di-retweet oleh moderator. Moderator yang aktif melakukan retweet adalah Salman Aristo, Aan Mansyur, Clara Ng, Andy Tantono, Agus Noor, dan Eka Kurniawan. Agus Noor menetapkan diktum-diktum karya Fiksimini yang layak di Retweet, yakni cerita yang menohok, seperti satu pukulan tinju yang telak, cerita yang berkelebat seperti bayangan, yang terus menempel di benak pembaca, dan cerita yang dengan seminim mungkin kata, namun menggambarkan dunia seluas-luasnya.
Aktifitas ini berlangsung hingga digelarnya Gathering Nasional Fiksimini di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Januari 2011. Gathering Nasional pertama ini berhasil mendatangkan Fiksiminiers (sebutan untuk nggota komunitas Fiksimini) dari 14 Provinsi di Indonesia. Ada pula Fiksiminers yang datang dari Australia. Setelah saling berkenalan di gathering nasional tersebut, Fiksiminiers mulai membentuk komunitas-komunitas kecil di masing-masing kotanya hingga terbentuklah FMJogja (komunitas Fiksimini Jogja), Fiksiminiers Jakarta, FMersSBY (Fiksiminiers Surabaya), fiksiminiBDG (Fiksiminiers Bandung), dan kota-kota lainnya.
Tidak ada mekanisme khusus pembentukan organisasi dan sistem keanggotaan. Biasanya para anggota di setiap daerah berinisiatif untuk berkumpul dan memilih sendiri koordinatornya. Untuk keanggotaan, terbuka kepada siapa saja tanpa perlu daftar. Asal datang berkumpul di kopi darat atau terlibat kegiatan komunitas maka sudah menjadi anggota atau disebut sebagai Fiksiminiers.
Seperti komunitas lainnya, Fiksiminiers berkumpul, berkenalan, berbagi cerita, dan berbuat sesuatu. Karena merupakan komunitas menulis, maka kegiatan Fiksiminiers ketika bertemu di dunia nyata (kopdar) tidak jauh dari menulis bersama, membahas buku, membuat lagu, membuat film,hingga kegiatan-kegiatan sosial ke panti asuhan. Fiksiminiers bahkan pernah menjadi relawan pada tanggap bencana (fiksimini for Merapi).
Aktifitas menulis bersama yang dilakukan Fiksiminiers selain menuliskan karya di Twitter dalam 140 karakter adalah mengikuti kelas kreatif dan penulisan kreatif. Kelas kreatif adalah kegiatan untuk memberikan bekal dan pengalaman menulis untuk siapa saja. Pengajarnya adalah penulis-penulis berpengalaman dari dalam maupun dari luar komunitas. Kegiatan ini sudah berlangsung di Jakarta, Surabaya, Jogjakarta, Malang, dan Makassar. Sedangkan Penulisan kreatif adalah kegiatan menulis yang mengeksplorasi imajinasi fiksi tanpa batas dengan memanfaatkan berbagai media.
Contohnya pada April 2011, Fiksimini menggelar Festival "Fiksimini Bernyanyi" di The Rolling Stone Cafe, Jakarta. Sebelumnya, Fiksmini telah mengadakan semacam kontes lagu mini dan film mini yang diangkat dari karya Fiksimini di twitter. Festival Fiksimini Bernyanyi adalah ajang untuk memberikan penghargaan bagi karya lagu mini dan sekaligus film mini terbaik. Lagu dan film adalah bentuk lain variasi karya fiksimini. Untuk film mini, dicetuskan oleh Diki Umbara, seorang dosen dan penggiat film. Untuk lagu mini, dicetus oleh Erdian Aji atau Anji yang sehari-harinya adalah penyanyi. Beberapa karya Film Mini telah menjadi konsumsi berbagai festival di dalam dan luar negeri seperti di Hoopla! Film Festival di Singapore dan di Ubud Writers and Readers Fesival di Bali. Untuk lagu mini, beberapa telah menjadi NSP (Nada Sambung Pribadi) dari langitmusik.com milik Telkomsel.
Karya-karya film mini bisa diparesiasi dari YouTube karena para Fiksiminiers telah meng-upload karya-karya mereka. Pada 24 Maret 2011 Gramedia Pustaka Utama juga telah membuat trailer Buku Cemburu Itu Peluru, merupakan buku karya lima Fiksiminiers yang diterbitkan oleh Gramedia. Penulis buku ini di antaranya Erdian Aji, Novita Poerwanto, Oddie Frente, Kika Dhersy Putri, dan Andy Tantono.
Setelah semua perkembangan yang terjadi dalam tubuh komunitas Fiksimini, ada satu impian yang ingin diwujudkan komunitas ini, yakni menerbitkan buku Antologi yang merangkum semua karya Fiksimini terbaik dari seluruh Indonesia. Bagi yang belum bergabung dengan komunitas ini, bisa follow akun Twitter Fiksimini (@fiksimini), Fan Page Facebook : Komunitas Fiksimini, dan Mailing list: KomunitasFiksimini-subscribe@yahoogroups.com. Salah satu petikan komentar pada Buku Cemburu Itu Peluru, menyebutkan, Fiksimini di Twitter memang menyusupkan kesegaran di tengah dunia sastra Indonesia yang nyaris kehilangan gagasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar